Kisah Sex Seorang Kasir Swalayan

 Kisah Sex Seorang Kasir Swalayan

MejaQQ : Larah yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Larah lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Larah bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.


Sampai akhirnya pada suatu malam, Larah mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Larah yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.“Keluarin uangnya!” perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Larah gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. 

Setelah beberapa saat, Larah berhasil membuka laci itu dan memberikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Larah tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Larah langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.

“Masa cuma segini?!” bentak si Gondrong.“Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Larah masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Larah mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.“Cepat!” bentak si Kumis, Larah merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Larah berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Larah yang ketakutan, mereka berdua percaya. “Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!” Larah di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Larah juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Larah.“Beres! Ayo cabut!”“Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga 

ya?!”.“Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.“Gue pengen liat bentar aja!”.Mata Larah terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Larah yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Larah meronta-ronta dalam ikatannya.“Wow, oke banget!” si Gondrong berseru kagum.“Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Larah karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Larah lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Larah. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Larah ditariknya, tubuh Larah ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Larah terputus dan sekarang payudara Larah bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.“Jangan!” teriak Larah. 

Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Larah mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Larah menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.“Diem! Jangan berisik!” si Gondrong menampar Larah, hingga berkunang-kunang. Larah hanya bisa menangis.“Gue bilang diem!”, sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Larah, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Larah. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar yang sebelah kanan. Larah terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Larah sampai akhirnya bulatan buah dada Larah berwarna merah.“Ayo, cepetan cing!”, si Kumis menarik tangan si Gondrong.“Kita musti cepet minggat dari sini!” Larah bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. 

Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Larah bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Larah berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.“Hey, Roy! Tokonya kosong!”.“Masa, cepetan ambil permen!”.“Goblok lo, ambil bir tolol!”.Tubuh Larah menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Larah mengeluarkan suara minta tolong.“sstt! 

Lo denger nggak?!”.“Cepet kembaliin semua!”.“Lari, lari! Kita ketauan!”.Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Larah, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.“Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.“Hei, liat nih! Ada kejutan!”Larah berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. 

Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Larah, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari 

pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.“Gila! Cewek nih!”.“Dia telanjang!”.“Tu liat susunya! susu!”.“Mana, mana gue pengen liat!”.“Gue pengen pegang!”.“Pasti alus tuh!”.“Bawahnya kayak apa ya?!”.Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Larah yang sudah terikat erat. 

Kelima berandal itu maju dan merubung Larah, tangan-tangan meraih tubuh Larah. Larah tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Larah.“Ayo, kita lepasin dia dari kursi!” 

Mereka melepaskan ikatan pada kaki Larah, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Larah. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Larah keluar menuju bagian depan toko. 

Larah meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Larah sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Larah terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Larah sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Larah merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. 

Larah melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!“Bangun! Bangun!” ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Larah. Larah berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Larah.“Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Larah berusaha bangun tapi tidak berhasil. 

Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Larah berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!”Langsung saja Larah mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. 

Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Larah hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Larah kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Larah sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. 

Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Larah dan mengikatkan kaki-kaki Larah ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Larah berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.“Waktunya Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Larah terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Larah dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

“Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Larah. Larah melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Larah, membuat Larah sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Larah ditariknya hingga lepas. Larah berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Larah. 

Pandangan Larah berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Larah. Larah terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.Berandal yang duduk di atas dada Larah turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Larah, membuat Larah mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Larah sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks.BandarQ Online

 Tangannya meremas dan menarik buah dada Larah ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Larah. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Larah.Larah tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Larah meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Larah berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.

“Wah, wah, wah!” terdengar suara laki-laki di pintu depan. Larah terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.“Tolong saya!” ratap Larah.“Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!”“Nama lu Larah kan?” tanya laki-laki tadi.“Bagaimana bapak tahu nama saya?” Larah bingung dan takut.“Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!”.“Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! 

Tolong saya pak!”.“Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo”.Larah kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Larah kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Larah dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Larah betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Larah kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.“Kumpulan Lendir

Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?”“Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko”.Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Larah sehingga sekarang Larah duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Larah. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Larah, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. 

Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Larah. Rasa dingin juga menempel di buah dada Larah, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Larah bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.“Lo keliatan kedinginan!” ejek Roy sambil menyentil puting susu Larah yang mengeras kaku.“Gue musti kasih lo sesuatu yang anget.”Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Larah melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. “Jangaann!” Larah berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan.

 Vagina Larah sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Larah menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.“Keliatannya nikmat!” Roy tertawa.“Tapi gue lebih suka dengan mustard!” Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Larah. Larah menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Larah berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Larah bergerak lunglai jatuh.”“Hei! Kalo kerja jangan tidur!” bentak Roy sambil menampar pipi Larah.“Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”Larah meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Larah, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Larah. Larah menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya.

 Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Larah bercucuran di pipi.Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Larah merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.“Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”“Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!”Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Larah menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan.

 Tubuh Larah berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Larah melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Larah, telanjang dengan buah dada mengacung.Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.Larah berusaha menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Larah menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.Larah tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. 

Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Larah merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Larah menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.“Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Video Dewasa

Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”“Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon.” gelandangan itu berkata tidak jelas.“Jangan!” Larah meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Larah. 

Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Larah.Larah menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Larah tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Larah bisa membesar.Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Larah, tapi ia tidak peduli. 

Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Larah yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Larah merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Larah terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Larah, membuat Larah menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. 

Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Larah merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Larah.“Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Larah. Kemudian ia mendorong Larah duduk dan kembali mengikat tangan Larah ke belakang, kemudian mengikat kaki Larah erat-erat. Kemudian tubuh Larah didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.Baca juga : Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Larah terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Larah jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.

MEJAQQ: AGEN JUDI POKER DOMINOQQ BANDARQ ONLINE TERBESAR DI ASIA
Bermain 9 Permainan Hanya Dalam 1 Akun
Dengan Ratting Kemenangan Tinggi
Dan Bonus yang Luar Biasa Disediakan Kepada Membernya
Untuk Informasi Lebih Lanjut Bisa Langsung Menghubungi Kontak
yang Disediakan Dibawah Ini
WA 1 : +85515620767
WA 2 : +855882308459
LINE : Mejaqq_official
Link Resmi / LiveChat : DAFTAR MEJAQQ

Post a Comment

0 Comments